Kisah Saskia, Gadis Yatim Piatu yang Jadi Penggembala Sapi dan Pungut Kelapa Demi Nafkahi 4 Adiknya
SERAMBINEWS COM, POLEWALI MANDAR – Demi menafkahi adiknya di masa pandemi Covid-19, seorang gadis di Polewali Mandar, Sulawesi Barat bekerja menjadi penggembala sapi dan kambing milik warga.
Gadis bernama Saskia (17) itu juga dibantu keempat adiknya.
Selain itu, mereka juga mencari nafkah dengan cara memungut kelapa yang jatuh di kebun milik warga untuk dijual ke pengepul.
Lima bocah yatim piatu itu tinggal di Dusun Galung, Desa Kenje, Kecamatan Campalagian, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Sejak ayah dan ibunya meninggal dunia sekitar dua tahun lalu, karena terserang penyakit, kelima bocah ini seperti ayam kehilangan induknya.
Saskia, kakak tertua dari lima bersaudara ini terpaksa harus berjuang menyelamatkan keluarga kecilnya sendiri.
Di usia 17 tahun, atau 15 tahun saat ayah ibunya meninggal dunia, Saskia harus berjuang mengurus dan merawat adik-adiknya.
Sejak masa pandemi Covid-19, ketiga adik perempuannya yang masih belia, setiap hari hanya berteman dengan sejumlah mainan di kamar peningalan almarhum orangtuanya.
Sementara seorang adik laki-lakinya, Duami, bertugas menggembala sapi atau kambing milik warga secara bergantian dengan Saskia.
Di usia yang masih belia, Saskia rela jadi seorang bapak sekaligus ibu untuk adik-adiknya.
Saat usianya masih labil dan membutuhkan panutan di tengah keluarga, kelima bocah bersauadara ini terpaksa harus berjuang menyelamatkan keluarga kecilnya sendiri.
Saskia sempat putus sekolah, lantaran ia sibuk merawat adik-adiknya yang masi kecil.
Beruntung masih ada tantenya yang ikut prihatin membantu mengurus adik-adik atau keluarga kecilnya, hingga Saskia dapat melanjutkan sekolahnya kembali setelah sempat menganggur satu tahun.
“Dulu waktu masih kecil saya sempat putus sekolah karena sibuk mengurus adik-adik saya yang belum mengerti apa-apa.
Sekarang sudah sekolah, kecuali adik saya yang laki-laki memang tidak pernah sekoah karena keadaan keluarga,”jelas Saskia, Selasa (29/9/2020).
Kelima bocah yatim piatu ini memang masih tinggal di rumah peninggalan almarhum orang tuanya.
Kelimanya hanya mendatangi rumah tantenya saat membantu tantenya atau saat hendak makan.
Kelima bocah ini kerap makan apa adanya.
Bahkan kerap makan tanpa lauk pauk.
Maklum, Juna, Tante Saskia juga hidupnya pas pasan dan tergolong keluarga miskin.
Meski ia tergolong tidak mampu, namun karena prihatin dengan kondisi keluarga dan masa depan keponakannya yang kehilangan orangtua yang menjadi panutannya, ia terpaksa ikut bertanggung jawab mengurus ponakannya.
Karena tak punya perabotan dapur di rumahnya, Juna menampung kelima ponakannya itu untuk makan setiap hari.
Di rumahnya yang sederhana inilah kelima bocah ini kerap ikut membantu sang tante memasak atau menggelar bersih-bersih di rumahnya.
“Sejak ayah dan ibunya meninggal mereka ikut saya. Sekarang yang kecil-kecil ini sudah sekolah.
Kalau mau makan ya ke rumah saya karena hanya bersebelahan.
Di rumahnya itu tidak ada perabotan dapur, jadi makannya di sini,”jelas Juna.
Keluarga kecil Saskia kini tinggal di rumah peninggalan almarhum orangtuanya.
Kondisi rumahya memperihatinkan, nyaris tanpa perabot dan alat dapur.
Kondisinya terlihat mulai tidak terurus, sejak kedua orangtua mereka meninggal beberapa tahun lalu.
Bocah yatim piatu ini tampak hanya makan apa adanya.
Santapan siangnya hanya makan nasi dan sambal pedas, yang jauh dari standar kesehatan gizi yang layak.
Meski nyaris tak ada lauk pauk, kelima bocah ini tampak tetap lahap dan bersemangat santap siang.
Saskia yang punya cita cita jadi seorang guru ini berharap kelak cita citanya menjadi guru bisa tercapai agar ia bisa menyekolahkan semua adik-adiknya.
Saskia sendiri kerap prihatin akan masa depan pendidikan adik-adiknya.
Maklum, sejak kedua orangtuanya meninggal saat adik-adiknya belum mengerti apa-apa, praktis sumber pendapatan keluarga kecilnya juga terputus.
Sumber Dari Acehtribunnews com