[HEBOH] Dan Terjadi Lagi,Jen4zah Pasien "C0R0NA" Di Tolak Warga..Ya Allah Kasihan Sekali
Banyumas - Video warga mengerumuni sebuah ambulans viral di media sosial. Video yang salah satunya diunggah di akun Instagram @ndorobeii itu menuliskan keterangan yang menarasikan warga menolak pemakaman dua jenazah yang positif virus C0rona (C0VID-19).
Seperti dilihat detikcom, Rabu (1/4/2020) pukul 16.39 WIB, akun Instagram @ndorobeii mengunggah tiga video dan satu foto.
Turut dituliskan caption:
'Pemakaman 2 Jenazah yang positif c0rona dimakamkan di pekuncen kab banyumas tanpa seizin warga lalu ditolak warga, info karena bukan warga asli setempat
Berita Via whatsapp @neng_chabie25'
Dalam video tersebut, tampak warga berkerumun dengan berteriak dan memukul kentongan mengiringi kedatangan ambulans berpelat merah bernopol H-9507-TG. Ambulans warna putih itu bertulisan 'Pemerintah Provinsi Jawa Tengah RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto'.
Terlihat juga Bupati Banyumas Achmad Husein dan polisi memberi penjelasan kepada warga. Hingga berita ini ditulis, video itu telah mendapatkan 725 komentar dan 7.815 like.
Saat dimintai konfirmasi, Kepala Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Karyoto membenarkan peristiwa dalam video itu.
Karyoto menjelaskan alasan utama warga menolak pemakaman jenazah pada Selasa (31/3) kemarin itu. Karyoto menyebut warga dibohongi.
"Alasan penolakan, warga dibohongi oleh petugas. Kemarin Selasa (31/3) siang itu banyak kendaraan pelat merah kliweran (berseliweran) ke sana (lokasi), mencari temu, mencari posisi. Kami sama sekali tidak ada informasi dan pemberitahuan ke pemerintah desa," jelasnya saat ditemui detikcom di kantornya, Rabu (1/4/2020).
"Tahu-tahu tadi malam itu listrik mati, apakah sengaja dimatikan atau tidak, kami tidak tahu yang jam 7 itu (19.00 WIB). Kemudian setelah itu datang dua ambulans dan enam mobil dinas lainnya," sambungnya.
Kemudian, lanjut Karyoto, warga terkejut setelah mengetahui bahwa itu adalah proses pemakaman jenazah pasien C0rona. Warga pun melayangkan protes dan penolakan.
"Masyarakat kami kelelahan karena kami membuat posko untuk mengantisipasi orang-orang pulang dari luar kota menjadi ODP, pendataan, dan sebagainya, melelahkan pekerjaan ini. Kok tiba-tiba kami dikasih seperti ini, tidak ada pemberitahuan sama sekali. Ini yang menyulut kemarahan warga masyarakat dan saya pribadi selaku kepala desa merasa tersinggung, karena ini wilayah kami, wilayah Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok," paparnya.
Sedangkan tempat pemakaman itu berada di perbatasan Desa Tumiyang dan Desa Karang Tengah. Warga menolak karena lokasi pemakaman jenazah dipilih di lokasi yang dekat permukiman.
"Dekat dengan perkampungan warga kami khususnya yang di RT 4/5, kurang-lebih ada 100 meteran. Ini yang menyulut kemarahan masyarakat. Imbauan-imbauan dari pemerintah sudah diikuti-dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat kami. Tapi sebaliknya dari pemerintah juga justru seperti itu," kata Karyoto.
Karyoto menjelaskan, setelah warga Desa Tumiyang tahu informasi untuk penguburan jenazah itu, mereka langsung ikut memblokade jalan dan memukuli kentongan.
"Mobil itu tidak boleh keluar. Tuntutan masyarakat harus dipindah makamnya, itu jangan di situ digali," ujarnya.
Bupati Banyumas disebutnya turun ke lokasi tadi malam dan melakukan negosiasi. Hingga akhirnya dilakukan pembongkaran makam pagi tadi.
"Tadi dilaksanakan pembongkaran sekitar jam 08.00 WIB. Tadi siang (jenazah) sudah dibawa," ungkapnya.
Bupati Banyumas Achmad Husein turun langsung menggali makam yang berada di perbatasan Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok dengan Desa Tumiyang itu.
Seperti dalam video yang diterima detikcom, tampak Achmad Husein memakai pakaian hazmat warna putih menggali makam jenazah pasien Cor0na. Terlihat sejumlah penggali kubur lainnya yang juga berpakaian hazmat.
Namun hingga berita ini ditulis, belum ada konfirmasi lokasi pemakaman dipindah ke mana. Termasuk ada berapa jenazah dan warga mana.
Saat dimintai konfirmasi, Achmad Husein mengatakan salah satu persoalannya adalah masyarakat belum memahami bahwa virus Cor0na yang menginfeksi pasien meninggal juga ikut mati.
"Insyaallah dalam waktu dekat akan kami sosialisasikan lagi, terus-menerus supaya masyarakat tahu persis bahwa itu tidak ada masalah, tidak bahaya. Karena begitu virus itu ada di tubuh jenazah, di dalam tanah itu virus langsung mati, tidak akan ke mana-mana," ujarnya, Rabu (1/4/2020).
"Ini masyarakat yang belum tahu. Virus itu di dalam jenazah begitu masuk tanah maka virusnya juga mati. Tidak akan kemudian berkembang biak dan menjalar, itu tidak mungkin itu," sambungnya.
Sumber Dari https://surabaya.tribunnews.com/